Minggu, 10 November 2013

Be Yours?! DAMN! Part 3 - Change?



“Somplak! Somplak! Somplak!” Gerutu Lista sepanjang perjalanan menuju rumahnya. Tak habis pikir seorang Ando, cowok sengak yang paling dibencinya sejagat angkasa raya berani – beraninya menyuruh MENGUBAH kepribadiannya seenak dengkul! Dia kira merubah semua usahanya dalam waktu dua tahun segampang membalik telapak tangan?! Minta dibunuh kayaknya, batin Lista.
            Sampai didepan rumahnya, dia melihat mobil papahnya teparkir rapi di garasi. Menandakan papah gantengnya sudah tiba. Dengan perasaan dongkol yang masih menggebu, dia memarkir sepedanya di samping mobil papahnya dan berputar disekitar mobil papahnya. “Gue harus normalin wajah gue. Biar gak ada yang tau gue lagi bad mood,” Ucapnya pada diri sendiri sambil tersenyum di kaca mobil. Berusaha normal walau hatinya sedang menggelora ingin membanting apa saja di hadapannya. Setelah dirasa normal, dia masuk dalam rumah.
            “Papah...” Panggil Lista dan ketika melihat papahnya asyik bermain piano dengan mengenakan jas dokter. Tanda baru pulang. Dia langsung berlari dan memeluk belakang papahnya. “Gendong dong pah,” Pintanya dengan suara manja. Membuat papahnya berbalik badan dan mengacak rambut pendek anak paling bungsu dan manja ini. “Badan kamu berat Lista. Kamu mau papah patah tulang karna gendong kamu?”
            “Tapi... Lista sering liat papah sering gendong mama tuh. Kan mama lebih berat dari Lista,” Gerutunya dan membuat Putra tertawa.
            “Kalo mama beda lagi sayang gendongnya,” Bisiknya membuat Lista yang baru beranjak puber dan tau maksud papahnya, tertawa ngakak.
            Erza yang baru datang dari rumah sakit, melihat suaminya bercanda dengan Lista, tersenyum sendiri. Lalu menghampirinya. “Aku berangkat lagi yah pah,” Pamitnya.
            “Mama mau kemana?”Tanya Lista bingung melihat mamanya pergi lagi dengan setumpuk dokumen di tangannya.
            “Tadi mama ngambil file yang ketinggalan. Untung rumah dekat dengan Rumah Sakit. Coba kalau gak, bisa stres mama gak bisa pulang jam segini,”
            Lista mangut – mangut dan menoleh ke papahnya “Pah, Lista ke kamar dulu yah, capek.”
            Putra mengangguk dan tatapannya beralih ke arah istrinya yang dari SMA hingga sekarang, membuatnya tak bisa berpaling ke wanita lain saking cintanya. Kalaupun berpaling, itu karna khilaf. “Sayang, mau aku antar?” Tawarnya yang membuat Erza, berkerut kening penuh curiga.
            “Ada udang di balik panci nih,” batinnya.
            “Gak usah. Aku pulang mungkin sekitar jam 12 malam deh. soalnya lembur nih,”
            Mendengar alasan istrinya, Putra pasang wajah kecewa “Yah... terus papah sendirian nih ceritanya malam ini?” Bisiknya dengan nada menggoda sambil merangkul pinggang istrinya. Membuat Erza, yang sudah puluhan tahun menikah, mendadak panas dingin dengan perlakuan suaminya.
            “Yah... mau gimana lagi, Pah,” Erza pasang wajah seolah – olah hal itu biasa saja.
            “Kamu dibutuhin banget yah Di rumah sakit?”
            “Iya. Dibutuhin banget malah. Makanya aku pulang kerumah ambil file yang ketinggalan.”
            Putra melirik jam dinding dan tersenyum sendiri. Satu permainan cukuplah, begitu pikirnya. “Kita main yuk?” Ajaknya seolah – olah seperti mengajak main dengan anak kecil.
            “Main apa?”
            Tanpa menjawab, Putra langsung menggendong istrinya ke kamar. Erza pun langsung protes selama digendongan Putra. Dan dokumen di tangannya berjatuhan. “Pah! Aku telat nanti ke rumah sakit! Nanti aja deh,” tolaknya sambil berusaha turun. Namun gagal karna suami mesumnya lebih erat memegangnya.
            “Sebentar aja kok sayang. Mumpung anak – anak lagi ngilang. Toh,” sambil berkata begitu, dia mencium istrinya kilat agar diam. “Aku lebih butuh kamu sayang. Always need you,” dan selesai berkata begitu, Putra masuk ke kamar dan membanting pintu dengan kakinya diikuti dengan jeritan manja Erza.

            Lista, Rika, yang sedang berkumpul di kamar Bian main catur, mendengar jeritan manja mamanya dan suara pintu terbanting, saling bertatapan dan tersenyum sendiri. “Bakalan nambah adek nih,” Celetuk Bian sambil menjalankan bidak caturnya. Membuat mereka tertawa.
            “Kalo beneran, gue mau punya adek cewek. Biar gue dandanin secantik mungkin.” Balas Rika yang langsung dipelototi Bian. Lista langsung pasang wajah ngeri. Tak bisa membayangkan bila nanti dia punya adik kecil yang akan jadi kelinci percobaan kakaknya yang ambisius ingin mempercantik siapapun.
            “Gak! Gue mau adek cowok kak. Kan enak bisa melakukan hal – hal cowok berdua.”
            “Kan selalu ada gue yang nemanin lo kak,” Protes Lista yang selama ini ternyata tak dianggap kakaknya.
            “Lo kan beda dek walau tingkah lo cowok, tetap aja kodratnya cewek.” Bian memberi alasan dan Lista hanya manyun.
           
ÞÞÞÞ

            Selesai asyik ngumpul di kamar kakaknya selama dua jam lebih, dia memutuskan untuk keluar kamar duluan karna sudah mengantuk. Sedangkan Rika, betah di kamar Bian untuk curhat. Walaupun mereka sering berantem, tetap saja mereka saudara kembar yang saling mengetahui kepribadian masing – masing.
            Lista masuk ke kamarnya dan melirik ponselnya yang bergetar tanda ada pesan masuk. Dia membacanya dan mencibir ketika mengetahui Ando menerornya dengan mengirim bekal makanan yang harus dia bawa besok untuknya dan mengingatkan untuk dandan secewek mungkin.
            “Emang gue mau ikutin keinginan lo? cuih! Ampe kiamat pun gue ogah!” Rutuknya sambil mematikan ponsel dan memutuskan untuk mandi sebelum tidur.
            Selesai mandi, dengan pakaian kelonggaran dan celana pendek Bian yang sudah lusuh, dia pergi tidur sambil berharap, agar di dalam mimpinya dia takkan melihat Ando.

³³³³

            “Pagi ma, pah, kak Bian, Kak Rika,” Lista buru – buru mengambil roti yang dimeja dan bersiap lari ke sekolah karna takut telat.
            “Lis, Lo mau gue antar?” Tawar Bian ketika melihat adiknya mengambil sepeda dengan mulut masih mengunyah.
            “Gak usah kak,” Jawab Lista dengan mulut kepenuhan roti. Membuat Bian hanya geleng – geleng dan melanjutkan pekerjaannya memperbaiki motor.
            “Tumben tuh anak cepat bangun ma, perasaan ini kan masih jam 6 pagi.” Rika takjub melihat kepergian adiknya yang cepat bagai jin.
            Erza hanya angkat bahu tanda tak tahu sambil menyiapkan sarapan untuk suaminya. Membuat Rika melanjutkan makannya dengan pertanyaan – pertanyaan di kepalanya.

éééé

            “Huft,,, akhirnya sampai juga. Bebas.. tidak ketemu si songong,” Ucap Lista penuh syukur yang datang sekolah lebih cepat dari biasanya karna ingin menghindari Ando yang biasanya dia tau datang di menit – menit terakhir sebelum bel masuk berbunyi. Jadi dia bisa menyiapkan mental lebih dulu.
            “Kata siapa lo bebas sayang?”  Suara cowok di belakangnya serasa membuat aliran darah Lista stop seketika. Semua ide yang dia susun di dalam mimpinya, buyar seketika. Namun, harga dirinya yang tinggi membuatnya tak ingin menoleh ke belakang.
            “Mana bekal yang gue suruh bawa  itu? Kenapa dandanan lo masih kayak cowok? Bukannya perjanjiannya lo harus anggun selama pacaran sama gue?” sambil bertanya, dia berjalan ke depan dan menatap Lista dengan tatapan penuh rencana. Sungguh, menaklukan gadis di hadapannya dan merubah seperti kriterianya sangat tidak mudah. Membuatnya harus menjalankan rencana yang paling disukainya.
            “Gue kan udah bilang, gue dari awal gak mau melakukan apa yang lo mau! Gue suka dengan gaya gue sekarang, dan gue gak mau merubahnya, apalagi demi lo! males!” sambil berkata begitu, dia turun dari sepedanya dan berjalan menjauhi Ando yang mengeluarkan sesuatu dari kantong celananya.
            “I got you,” Bisiknya sambil menarik tangan Lista dan diikatnya menjadi satu di belakangnya. Sedangkan mulutnya yang sudah ingin mengeluarkan sejuta umpatan, terhalang oleh lakban hitam yang ditempel Ando, begitu juga dengan matanya. Sepinya sekolah membuat Ando melakukan apapun yang dia inginkan. Penjaga sekolah sudah dia suap untuk mendukung rencananya.
            Kemudian Ando memanggul Lista seperti membawa karung beras. Lista berontak walau usahanya gagal total. Namun Ando tak bergeming. Rencananya satu, ingin membuat gadis itu tau bahwa tidak menuruti keinginannya, berarti mencari mati!
            Ando membuka pintu gudang peralatan olahraga dengan kunci yang dia pinjam dari penjaga sekolah yang dia suap. Dengan sekali klik, pintu terbuka dan Ando menutupnya dengan menendang dan melemparkan tubuh Lista di matras yang penuh debu dan tersenyum sinis melihat untuk pertama kalinya, Lista tak berdaya didepannya.
            SRET! Lakban di mulut Lista dibukanya. Membiarkan gadis itu menarik napas. “SIALAN LO! LEPASIN IKATAN TANGAN GUE, GILA! GUE TERIAK NIH! Gue gak bisa liat! Lo mau apain gue?!” Lista berteriak sekuat tenaganya.
            “Mau hukum lo sayang. Habis lo nakal sih,” sambil berkata begitu, dia membuka kancing bajunya satu persatu hingga bertelanjang dada. Lalu dia melempar baju seragamnya ke arah Lista dan menindihnya dengan kedua tangannya sebagai penopangnya.
            Lista yang tak bisa melihat, merasa ada sesuatu seperti baju dilempar kearahnya hingga wajahnya tertutup. Mulai gugup dan dia bisa merasakan helaan napas lembut di tengkuknya dan gigitan kecil di telinganya. “Lo mau apain gue Ndo?” Tanyanya dengan suara gemetar.
            “Kenapa lo giniin gue?” Lista bertanya lagi dengan napas tertahan karna merasakan lehernya digigit agak keras dan bekasnya dihisap oleh Ando.
            “Karna lo nakal sih. Gue kan udah bilang akan lakuin apapun yang gue mau kalo lo melanggarnya. Dan lo baru aja lakuin itu. Jadi... inilah hukuman lo.” sambil berkata begitu, dia mengambil baju seragam yang menutupi wajah Lista agar bisa melihat bagaimana wajah cantiknya itu panik karna tingkahnya.
            “Lepasin gue Ndo, Please,” Sambil berkata begitu, kakinya berusaha menendang ke arah mana saja yang dia rasa Ando ada disitu. Namun, gagal karna Ando memegang kedua pahanya.
            “Gak mau,”
            “Gue janji akan lakuin apa yang lo mau,” Lanjutnya ketika tangan Ando mulai menyusuri paha mulusnya berulang – ulang dan mulutnya tak henti – hentinya “menjajah” leher dan tengkuknya. Membuatnya sedikit tersengat.
            “Yakin?” Ando menghentikan tingkahnya dan dengan hati – hati membuka lakban yang menutupi mata Lista dan menatapnya dalam.
            Ketika Lista membuka matanya, dia melihat tubuh Ando berada diatas tubuhnya dengan kedua tangan sebagai penopangnya agar tak jatuh menindihinya. Dan harum tubuhnya membuat Lista sempat melayang dan tatapannya... entahlah, membuatnya blank. Namun segera disingkirkannya ketika masa lalu itu, sekilas terlihat. “Iya,” jawabnya spontan.
            Mendengar itu, Ando mendekatkan wajahnya ke arah Lista yang menutup matanya hingga bersentuhan ujung hidung. Sempat tebersit keinginan untuk mencium Lista yang sangat menggoda itu. Namun ditahannya karna prinsipnya yang akan mencium seorang gadis apabila dia mencintainya, jadi selama dia tak cinta, dia takkan mencium bibir gadis manapun. Tapi... kalo bagian lain, bolehlah...
            Lista hanya bisa menutup matanya, tak ingin melihat apa yang ingin dilakukan Ando padanya. Semua perlakuan Ando padanya membuat semua sifat cowoknya pada ngilang semua. Lenyap tak tersisa. Jadilah dia pasrah sekarang dengan tangan terikat dan posisi tubuh di bawah Ando.
            Lista merasa Ando mulai menjauh darinya dan dia di dudukkan Ando untuk melepas ikatannya. Perlahan, dia membuka mata ketika ikatan itu melonggar dan melihat Ando berdiri di depannya sambil memasang seragamnya sendiri. “Kenapa?” Tanyanya ketika Lista selalu memperhatikannya.
            “Apa semua cewek lo perlakuin kayak gini? Lo ikat bila dia gak nurutin keinginan lo?”
            “Sayangnya... Cuma lo yang gak nurutin mau gue. Sedangkan cewek lain yang pernah jadi pacar gue, tanpa gue suruh pun dia ngelakuin. Bikin bosan. Gue mau nyari yang menantang. Dan lo adalah orang yang tepat ntuk itu.” Sambil menjelaskan, dia mendekati Lista hingga berdiri di depannya “Lo harus ikutin mau gue, kalo enggak, jangan salahin gue akan perlakuin lebih buruk dari ini, sayang.”
            Dia hanya terdiam mendengar jawaban Ando sambil mengumpulkan sisa keberaniannya yang lenyap karna perlakuan sinting cowok di hadapannya ini. Lista berjalan ke samping Ando dan menyikut perutnya keras. Cukup membuat cowok itu jatuh tersungkur. “Sinting! Gue benci sama lo!” Umpatnya dan langsung lari keluar gudang.
            “Misi pertama, siap dijalankan,” Bisik Ando dengan suara puas sambil memegang perutnya yang disikut Lista.

ÝÝÝÝ

            “SHIT! Kenapa gue diam saja?! Seharusnya gue berontak! Gue teriak! Gue ngamuk atau apa kek! Bukan kayak gini! SHIT!” Umpatnya di depan kaca  di toilet cewek. Lista memukul westafel dan menatap garang ke arah cermin. “Leher gue ada bekasnya lagi! Aduh... gimana ngilanginnya yah?” Ucapnya sambil mengusap - usap bekas – bekas gigitan di lehernya yang cukup memerah. Tanda kerasnya gigitan Ando padanya.
            Mendengar bel masuk berbunyi, dia melirik jam tangannya dan langsung berlari ke kelas. Persoalan soal lehernya dan ancaman Ando dilupakan untuk sementara.
Selama pelajaran berlangsung, Lista tak konsen dengan semua pelajaran. Pikirannya sibuk melayang pada kejadian pagi tadi di gudang olahraga. Sesekali dia melirik Ando yang tampaknya biasa saja. Bahkan menganggap seolah – olah dia tidak meninggalkan jejak di tubuh mulusnya.
            “Lo kenapa Lis?” Tanya Cindy heran yang tak biasanya Lista diam sepanjang pelajaran. Biasanya ngoceh mulu.
            “Gak papa,” Jawabnya sambil tersenyum. Dia tak ingin sahabatnya tau untuk saat ini bagaimana perasaannya.

            Cindy hanya bisa menghela napas dan melirik Ando yang rupanya entah sejak kapan, juga melirik Lista. “Ah... biarin aja deh,” Gumamnya sambil terus mencatat pelajaran terakhir mereka sebelum pulang.

åååå

            “Lo langsung pulang Lis?” Tanya Cindy ketika melihat Lista asyik membereskan buku setelah pelajaran berakhir sambil memasang headset di telinga.
            “Iya nih. Soalnya gue lapar berat. Duluan yah,” Lista semakin cepat – cepat membereskan buku dan bergegas lari keluar ketika Ando hendak menghampirinya.
            “Ikut gue,” Ando menarik Lista ketika gadis itu menghindarinya dan membawanya ke sebuah tempat sepi. Tanpa mempedulikan tatapan yang lain dan Lista yang berontak disampingnya.
            “Lo mau apa sih?!” Gerutunya sambil memijat pergelangan tangannya yang dicekal Ando ketika mereka tiba di depan gudang sekolah. Tempat paling sepi dan angker di antara tempat yang lain. Ando hanya tersenyum dan berjalan maju hingga Lista mundur dan akhirnya mentok di pintu gudang. Dan kedua tangannya langsung mengurung gadis itu ketika dilihatnya Lista ingin melarikan diri.
            “Lo...” Ucapnya sambil mendongkakkan wajahnya ketika Lista menunduk dengan mengangkat dagunya. Sungguh permainan mengasyikkan ketika melihat gadis itu agak ketakutan. “Besok harus ikutin mau gue kalo tak ingin kejadian pagi tadi terulang lagi. Kecuali kalo lo ketagihan, baru langgar aja sepuasnya.” Sambil berkata begitu, tangannya beralih ke leher Lista yang terlihat bekas memerah karna ulahnya. “Gigitan gue bagus juga yah di leher lo. jadi pengen lagi deh,” ucapnya sambil menundukkan wajahnya ingin menyentuh leher putih mulus itu sekali lagi dan menghirup aroma tubuhnya yang menjadi candu dalam dirinya.
            Lista yang sadar apa yang akan terjadi padanya, langsung memegang pundak Ando dan mendekatkan ke arahnya lalu kakinya menendang perut Ando hingga cowok itu terjatuh di hadapannya. “Mampus lo!” Ucapnya puas dan langsung berlari meninggalkan lokasi sebelum Ando mengejarnya dan melakukan hal yang tak wajar.
            “Bakalan bonyok perut gue kalo begini ceritanya,” Gerutu Ando karna perutnya dijadikan sasaran tinju mendadak. Namun dia tersenyum dengan sejuta ide yang akan dilakukannya untuk membalas perlakuan Lista.

            Lista berlari sambil menoleh ke belakang, takut Ando mengejarnya. Ketika tiba di parkiran sepedanya, Lista langsung tancap gas mengayuh sepedanya secepat dia inginkan menuju rumah. Pokoknya dia harus lari dari Ando.

çççç

Sesampai didepan rumah, dia langsung membuka pagar dan memasukkan sepedanya dan terduduk disampingnya. Sungguh mengayuh sepeda seperti dikejar hansip kompleks sangat menguras tenaganya. Bahkan belakang bajunya basah kuyup oleh keringatnya.
            “Astaga Non Lista!” Teriak Mpok Surti ketika melihat majikan kecilnya duduk di lantai garasi.
            “Capek Mpok. Ada kak Rika gak?” Tanyanya sambil dibantu berdiri oleh mpok Surti yang geleng – geleng melihat tingkahnya.
            “Ada kok. kan Non Rika gak kuliah hari ini. Kenapa Non?”
            “Kak Bian?”
            “Tadi pamit mau lomba basket di kampusnya Non.”
            Lista hanya mangut – mangut. Syukurlah tak ada kak Bian. Coba kalo ada, ntah apa yang terjadi melihatnya seperti ini. “Ok deh Mpok. Lista ke atas dulu yah,” Pamitnya sambil masuk rumah dan berlari menuju kamarnya. memikirkan bagaimana caranya agar bisa menuruti keinginan Ando yang sangat menyiksa lahir bathin ini.

øøøø

Hampir setengah hari dari pulang sekolah, Lista hanya mengurung diri di kamar. Males kemana – mana. Yang dia lakukan adalah browsing bagaimana caranya anggun tanpa menghilangkan gaya pakaiannya yang tomboy. Pusing melihat para model memakai pakaian yang aneh di matanya, dia mematikan komputernya dan tiduran di kasur.
            “Gue tanya siapa yah? Mama? Atau kak Rika? Kenapa sih Ando nyuruh gue kayak gini! Dasar setan!” Umpatnya dan kaget melihat pintu kamarnya terbuka dan Kak Bian masuk ke kamarnya dengan pakaian basketnya.
            “Lo ngapain disini kak?! Keluar!” usirnya sambil mendorong kakaknya yang hendak duduk disampingnya. Bukannya tak apa – apa, dia tak tahan mencium bau keringat kakaknya yang ingin membuatnya muntah.
            “Gue baru datang masa lo usir sih? Gak sayang sama gue?” Goda Bian yang tau kenapa adiknya mengusirnya dan semakin mendekatkan diri ke arah Lista.
            “Lo mandi dulu baru kesini lagi! Pusing gue cium keringat lo!” Lista berdiri dan menarik Bian yang duduk agar berdiri.
            “bau keringat gue bikin cewek – cewek semakin tergila – gila sama gue Lis.”
            “Iya! Tergila – gila karna mabuk cium keringat lo yang baunya gak ketolongan!” sungutnya dan membuat Bian tertawa.
            “Hahahahaa.. Liat kak Rika gak?”
            “Gak lihat. Mungkin di ruang baca sama Tom,” jawab Lista yang tahu kakaknya hobi membaca dan sering berdiam diri di perpustakaan mungil di lantai dua sebelah kamarnya dengan Tom, kucingnya.
            Bian tersenyum. Sebersit ide jahil hadir di otaknya. “Gue godain kak Rika dulu yah. Dia kan ngefans sama keringat gue. Bye adekku sayang,” Bian mencium pipi adiknya kilat dan berlari keluar kamar sebelum bantal sebesar tubuhnya melayang ke arahnya.
            “Semoga lo dihajar kak Rika. Amien.” Ucapnya dan menutup pintu.

            Tak sampai beberapa menit, terdengar teriakan dan omelan dari kamar seberang. Lista yang mendengar, bergegas keluar dan tertawa ngakak ketika melihat kakaknya mengusir Bian dengan wajah merona malu. Tanda kak Bian sukses sekali lagi menggoda kak Rika.
            “Kayaknya, rumah bakalan kayak kuburan deh kalo mereka gak ada,” Gumamnya ketika melihat di seberang, Bian masih menggoda Rika yang teriak tak keruan mengusirnya dengan wajah yang merona bagai kepiting rebus.

            Gombalan Bian terhenti ketika mendengar mobil masuk garasi. Tanda kedua orang tuanya sudah datang. Sambil melirik Rika yang merengut dan Lista yang diseberang masih tertawa ngakak. Bian memutuskan menghentikan aksinya dan bergegas masuk kamar. Takutnya kalau kedua orang tuanya melihat apa yang dia lakukan, dia akan dijadikan bulan – bulanan oleh mereka. Apalagi papahnya.
            Lista pun langsung masuk kamar. Ingin mandi.

îîî

            Selesai mandi, dia bergegas berpakaian dan keluar kamar. Dari luar kamarnya, dia melihat Mama, Papah, Kak Bian dan Kak Rika berkumpul di ruang keluarga. Saling bercerita dan mengejek. Lista pun bergegas ke bawah. Menyampaikan apa yang menjadi beban pikirannya.
            “Ma... Kak Rika...” Panggilnya sambil duduk di samping Bian yang asyik smsan entah dengan siapa. Merasa dipanggil, Erza menatap anak bungsunya dengan penuh sayang.
            “Ada apa sayang?” Tanya Erza diikuti tatapan heran Rika yang tak biasanya Lista memanggilnya di saat seperti ini.
            “Eum...” Lista garuk – garuk kepalanya. Bingung hendak ngomong apa. Sedangkan Bian sudah menghentikan aktifitasnya merayu cewek di ponsel dan Putra, berhenti membaca koran dan menatap Lista.
            “Lo mau ngaku dosa, Lis? Dosa apalagi yang lo buat? Lo hajar kucing lagi?” Tanya Bian asal melihat Lista tak kunjung bicara.
            Kesal, Rika melotot kearah Bian. “Yang ada lo gue suruh ngaku dosa karna sudah berapa cewek yang nangis gejer dan ngadu ke gue karna lo PHP-in mereka!”
            Erza mengelus rambut Lista yang pendek dan menatapnya. “Mau ngomong apa sayang?”  Dan melotot ke arah Bian yang hendak membalas ucapan Rika.
            “Ma... ajarin Lista jadi cewek anggun dong, sama ajarin masak. Please,” Ucapnya dengan wajah semakin menunduk. Malu...

            Putra dan Erza saling berpandangan bingung. Senyum mulai merekah di wajah Rika, dan Bian, yang paling shock mendengarnya, berkata “Lo gak salah ngomong dek?”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar