“Besok lo berangkat, Za? Tanya Arny kepada sahabatnya
yang sekarang asyik smsan dengan pacarnya. Kesal pertanyaannya tak direspon,
dia mengambil ponsel sahabatnya dan memasang wajah merajuk ketika si empunya
ponsel melotot ke arahnya.
“Habis lo
lebih milih balas pesan Putra daripada dengerin pertanyaan gue! Gue kan
cemburu!” Rajuknya sebelum Erza sempat merangkai omelan yang terlintas
dikepalanya. Membuatnya tertawa.
“Sorry...
sorry... Gue keasyikan. Iyaa... gue besok berangkat sama Putra langsung
meluncur ke Belanda. Kenapa?” Tanya Erza sambil menengadahkan tangannya,
menuntut ponselnya dikembalikan.
Arny
menyerahkan ponselnya dan memasang wajah sedih. “Yah... kita gak akan ketemu
lagi deh,”
“Ngawur!
Kan kita bisa email-an, skype-an, pokoknya kita masih bisa berhubungan, Arny.”
“Tapi...
kan gak seseru bertatap muka, Za. eh... pacar lo datang tuh,” Arny mendengar
suara mobil datang dan melirik jendela kamarnya. Kemudian, dia melihat Putra
dengan gaya coolnya berjalan menuju pintu rumah dan memencet belnya.
“Za...”
Panggilnya dan dia menoleh ke belakang, sekedar melirik apa yang dilakukan
sahabatnya.
“Iya...”
Erza membalas sambil merapikan rambutnya agar terlihat lebih rapi dan
mengikatnya karna gerah.
“Gue
bakal kangen sama lo, Za. hati – hati yah. Lo kalo sudah sampai, langsung email
gue! Kudu wajib! Awas kalo gak!” Ancam Arny sambil memeluk Erza sebagai pelukan
terakhir.
“Oke deh.
gue akan email lo begitu tiba disana. Take care yah, thanks udah
perhatiin gue,” Erza membalas pelukan sahabatnya dengan erat.
“Kita kan
sahabat. Yuk...” Arny melepas pelukannya dan langsung menarik Erza keluar
kamarnya untuk menemui Putra yang menjemputnya.
bacd
Putra
tersenyum ketika melihat Erza turun dari tangga diikuti Arny, pacar sahabatnya,
Rico dan senyumnya semakin melebar ketika Erza berdiri di depannya dan membalas
senyumnya. Sungguh, tak ada yang dia inginkan di dunia ini selain melihat
senyum pacar tercintanya, Erza Noor Assifa.
“Ini kak,
Erzanya gue balikin,” Arny mendorong pelan Erza agar berhadapan dengan Putra.
Membuat mereka saling bertatapan dan tersenyum.
“Kamu gak
diapa – apain si Arny kan?” Putra memasang wajah pura – pura khawatir dan
mengelilingi Erza siapa tau ada bekas penganiayaan yang luput dari matanya.
Membuat Arny manyun.
“Lo kira
gue bakal nindas Erza kak?” Gerutunya ketika Putra berhenti berputar dan
semakin manyun ketika Putra memeluk pinggang Erza dan mengecup keningnya. Buat
dia ingin segera menelpon Rico untuk bermesraan segera.
“Kan
siapa tau lo aniaya pacar tercinta gue,”
“Gak
bakalan lah. Yang ada lo aniaya Erza!” Arny membalas sengit. Tak terima
dituduh.
“Sayang...
Emang aku ada aniaya kamu selama kita pacaran?” Putra menatap Erza dan dibalas
gadis itu dengan gelengan dan semakin mempererat pelukan di pinggangnya.
Putra
tersenyum puas dan menatap Arny yang jengkel melihat tingkahnya. Membuat pacar
sahabatnya emosi adalah hobi baru yang
paling dia sukai. “Tuh kan? Lo tau sendiri gue gak bakal nyiksain Erza. By
the way,,, Rico mana? Masih di Bali yah?”
Arny
mengangguk lesu. Sungguh tidak ketemu Rico selama 3 minggu adalah siksaannya.
Dan dia semakin tersiksa lagi melihat Erza bermesraan dengan Putra tepat
dihadapannya. “Iya kak. Lama banget 3 minggu disitu ngurusin Restonya.”
Putra
mangut – mangut. Mendadak sebuah ide jahil muncul. “Iya... tapi.. di Bali
ceweknya cantik – cantik loh, Ny. Sudah cantik, bulenya seksi – seksi lagi!
Hmmm... apalagi kalo liat cewek asli balinya, aduh... manis semua wajahnya. Gue
terakhir ke Bali waktu SMP sama sepupu, masih kebayang wajah manis cewek bali
itu.”
Arny
mulai sedikit terpengaruh dengan ucapan Putra yang bercerita dengan tampang
super serius. “Terus kak? Rico gak mungkin lirik sana – sini kak! Dia kan
setia.”
Erza
mulai mengepalkan tangannya. Bila Putra ngomong yang bikin dia emosi sekali lagi,
dia takkan menyesal kalo sebuah jitakan darinya akan membuatnya amnesia sekali
lagi.
“Hmm...
iya sih. Kamu ingat James kan? Itu looo... Sepupuku yang di Belanda,” Putra
beralih ke Erza yang mulai menatapnya sinis. Namun diabaikannya. Membuat dua
cewek senewen karnanya adalah bakatnya. “Tau kok, kenapa?” Erza menjawab dengan
nada emosi yang ditahannya. Dia melirik dari ujung kepala sampai ujung kaki.
Memikirkan bagian tubuh Putra yang mana akan beruntung mendapat sebuah “hadiah”
darinya.
“Sebelum
nikah sama Luhde, dia tunangan dengan teman Kathy. Terus dia sama gue ke Bali
waktu SMP, Cuma berdua aja. Terus si James ketemu Luhde di pura. Saling
ngobrol, akhirnya pacaran dan nikah deh. si Janeth, tunangannya, dia putusin.
Padahal sepupu gue setia loh orangnya. Kayak gue. Hahahaha....”
“Erza!”
Jerit Arny yang manyun melihat Putra tersenyum jahil padanya. “Pacar lo jahil
banget sih! Rico gak mungkin kayak gitu! Lo bener – bener deh kak!” Manyunnya
melihat Putra semakin ngakak tertawa.
“Arn..
ntar kita ke Bali yuk. Siapa tau ketemu cowok ganteng disana. Kan katanya di
Pantai – pantai gitu banyak cowok bule badannya six pack semua. Minus
cowok! Biar banyak yang ngira kita jomblo semua.” Erza membalas teriakan Arny
dengan ajakan ke Bali yang sukses membuat Putra mencubit pelan pinggangnya.
Arny
melirik Putra yang melotot ke arah Erza yang semakin erat dirangkul. Kemudian
tersenyum geli. “Sip! Terus kita ajak aja si Jessi, Dinda sama Eva. Pokoknya
kita bebas di bali! Kalo gak salah, ada loh hotel yang pengunjungnya bule cowok
ganteng semua! Bagaimana kalo kita kesitu ntar?”
Erza
hampir saja mengiyakan dengan semangat kalo saja Putra tidak menggendongnya.
“Kayaknya ke Bali cocok buat kita berdua aja deh,” Ucapnya ketika Erza melotot
digendongannya. Kemudian dia menatap Arny. “Kami pergi dulu yah. Bye Arn. Salam
buat Rico.” Dan berjalan keluar rumah diikuti dengan gelengan Arny.
“Turunin
gue! Gue bisa jalan sendiri!” Jerit Erza ketika Putra menggendongnya keluar
rumah Arny. Sedangkan sahabatnya mengikuti mereka dibelakang dengan cekikikan.
Putra tersenyum
tanpa mempedulikan teriakan Erza. Ketika sudah didepan mobilnya, dia menurunkannya
dan membukakan pintu mobil untuknya. Mempersilahkan masuk. “Silahkan masuk
sayang,”
Erza
hanya manyun dan menoleh ke Arny yang berdiri di belakang Putra. “Arn... Ntar
kalo sampai Belanda gue kabarin deh. ntar kita susun aja rencana ke Bali.
Ingat, jangan bilang ma Rico yah,” Bisiknya agak nyaring agar Putra mendengar. “Ok deh. lo jangan bilang sama Putra yah
kalo kita ke Bali. Dadah Erza, take care.” Ucapnya seolah – olah Putra
tak ada disekitar mereka.
Erza
tersenyum dan masuk mobil. Mengabaikan Putra yang memelototinya.
“Beneran
ke Bali nih ceritanya? Tanpa aku? Yakin?” Ucapnya sambil membantu Erza memasang
sabuk pengamannya. Dan gadis itu nyengir sambil melihat kearah jalan bahwa
mereka sudah keluar dari komplek Arny.
“Yakin
banget malah. Masa kamu bisa berduaan dengan James si mesum di Bali sedangkan
aku harus bareng kamu? Gak adil dong.” Ucapnya jengkel karna setiap teringat
dengan James, sepupu Putra dari Belanda, kemesumannya cukup membuat Erza
jengkel.
Putra
menatap Erza sekilas dan membelokkan mobilnya di lapangan bola yang kosong dan
berhenti. Kemudian dia mendekatkan wajahnya hingga pacarnya mundur dan
terbentur pintu mobil. Dia mengelus wajah mulusnya dan berbisik “Aku cemburu loh
dengarnya. Kalian ke Bali, lirik cowok lain, terus aku kamu gimanain?”
“Anggap
aja gak punya pacar. Beres kan? Cuci mata sesekali gak dosa kok. Toh, teman –
teman aku banyak yang kayak gitu, biasa aja tuh. Diwajarin aja,” Erza menantang
Putra dengan segenap keberaniannya. Dia masih tak terbiasa dengan ulah Putra
yang satu ini. Sukses buat jantungnya loncat kodok. Padahal mereka sudah
pacaran sekitar setahun.
“Bagi
kamu gak papa dan wajar aja,” Jawab Putra sambil memainkan rambut panjang Erza
yang dikepangnya. Kemudian menarik ikatannya hingga terurai. “Tapi bagi aku,
itu nyari mati, sayang.” Sambil berkata begitu, Putra membenamkan kepalanya di
leher Erza dan menciumnya. Tak ingin Erza mengganggu kesenangannya, dia menggengam
kedua tangannya dengan tangan kirinya dan diletakkannya di belakang. Sedangkan
tangan kanannya memainkan rambutnya yang tergerai.
Erza mati
kutu dibuatnya. Dia menggigit bibirnya sendiri ketika merasakan lidah Putra
mengenai lehernya yang mulus dan menggigitnya agak keras hingga meninggalkan
bekas.
“Aaahh...
Stop it,” Desahnya sambil menggerakkan tangannya yang dibelakang
punggungnya. Berusaha melepas cekalan Putra.
“No...
I like your smell. Like drugs for me. And your lips,” Ucapnya sambil
menatap Erza dan menyentuh bibir tipisnya yang bergetar. “Like candy for me,
sweet and addicted.” Sambil berkata begitu, dia mencium bibir yang bergetar
dengan lembut.
“Hmmm...”
Desahnya ketika dirasa ciuman mereka semakin panas dan tangan kanan Putra mulai
meraba – raba paha mulusnya yang ditutupi celana jinsnya. Dan kepanikan mulai
melanda, apa jadinya kalau Putra kebablasan?
Tau apa
yang membuat pacarnya gelisah, dia berhenti mengelus pahanya dan sebagai
gantinya, dia semakin mencium Erza, bermain di lidahnya dan memaksanya untuk
mengikuti alur permainannya. Taktiknya sukses. Erza berubah agresif dengan
mengulum dan menggigit bawah bibirnya.
Putra
melepas cekalan di kedua tangan Erza ketika dia sudah mulai terbawa
permainannya. merasa bebas, Erza merangkul leher Putra agar semakin dekat
dengannya.
“Ahh...
sudah... Put... Ntar... kelihatan orang...” Ucap Erza terputus – putus ketika
Putra sekarang bernafsu mencium lehernya
dan menggigitnya. Tengkuknya pun tak luput dari sasaran.
Putra
mengigit tengkuknya dan mencium bekasnya lalu menatap Erza dan mengecup
bibirnya. “Iya... ntar kita lanjutin lagi yah?” Ucapnya jahil sambil
mengedipkan mata. Erza hanya menoleh ke arah lain dengan wajah malu. Membuat
Putra tersenyum dan mengacak rambutnya yang tergerai lalu menjalankan mobilnya
kembali untuk mengantar pacarnya pulang.
³³³³
Oh...
bahagia...
kau telah terlahir di dunia
dan kau ada, di antara miliaran manusia
dan ku bisa, dengan radarku
menemukanmu...”
kau telah terlahir di dunia
dan kau ada, di antara miliaran manusia
dan ku bisa, dengan radarku
menemukanmu...”
*Maudy
Ayunda – Perahu Kertas.
Alunan suara merdu dari Maudy Ayunda terdengar di radio ketika
Putra dan Erza asyik membahas apa yang mereka lakukan nanti setiba di Belanda.
Erza terdiam sebentar dan menyaringi volume suaranya. Kemudian dia menyanyi
mengikuti alunan lagu tersebut sambil menatap Putra yang fokus dengan mobilnya.
“Tau gak, lagu ini perasaanku banget lo sama kamu,” Ucap Erza
pelan ketika lagu itu sudah selesai diputar.
Putra tersenyum dan mencium pipi kanan Erza dengan sayang. “Aku
tau kok sayang.”
“Dulu lucu yah, waktu SMA kita berantem mulu, kok sekarang
malah gini sih?”
“Waktu SMA kan kamu lebih banyak nolaknya daripada terima.
Tapi... bukan Putra namanya kalo gak bisa dapatin kamu.” Ucapnya sambil
mengedipkan mata jahil. Membuat Erza mencibir dengan wajah memerah malu.
“Habisnya kamu menggoda aku tapi cewek lain kamu goda juga. Aku
bingung, kamu serius atau Cuma jadiin aku permainan. Cewek mana yang suka
dipermainkan?”
Dia tersenyum mendengarnya. Senang karna perbuatan masa lalu
itu ternyata mendapat sedikit respon. “Aku juga dibuat bingung. Kamu cuek, tapi
ada kalanya aku sempat liat kamu melihat – lihat ke arahku terus manyun ketika
aku dekat dengan seorang cewek. Mengukur – ukur perasaan kamu ke aku itu
susahnya minta ampun. Makanya aku suka goda yang lain bukannya ingin
mempermainkan, tapi hanya ingin menikmati reaksi cemburu yang kamu tak sadari
itu. Kamu kalau cemburu itu lucu loh.”
Erza malu mendengarnya. Dulu, dia memang sempat menyukai Putra,
menyukai dalam diam, menikmati perhatiannya dan merasa tersanjung. Tapi,
perasaan itu hancur seketika ketika dia melihat Putra menggoda yang lain tepat
didepannya. Membuatnya membangun perasaan benci selama 3 tahun dari perasaan
sakitnya itu dan takkan menyangka akan menyerah lewat perjodohan sinting
mamanya itu.
“Iya...” Tak ada gunanya untuk menyimpan perasaan itu sekarang.
“Aku dulu sempat suka sama kamu walau kamu dari awal MOS ngeselin minta ampun!
Tapi... itu langsung ambruk ketika aku melihat kamu goda cewek lain pas aku mau
pulang sekolah. Aku mikir, ngapain aku suka sama kamu kalau ternyata dianggap
sama dengan yang lainnya? Gampang dipermainkan terus dibuang bila bosan?
Makanya aku berubah total menolak kehadiran kamu, sinis dsb. Tapi... aku gak
nyangka usaha selama 3 tahun itu hancur semuanya karna janji konyol mama kita.
Mungkin, seandainya mama kita gak bikin janji konyol itu, mungkin aku dengan
yang lain.”
Putra terdiam mendengar pengakuan pacarnya itu. Tak menyangka
mendengarnya. “Berarti...”
“Aku sudah menyukaimu dari lama tapi aku ubah jadi benci karna
tingkahmu sendiri. Jadi, jangan salahkan aku...” Erza memotong ucapan Putra dan
tersenyum geli melihat pacarnya melotot kaget.
“Kalau kamu gak denganku, kira – kira kamu dengan siapa?”
“Nanda mungkin.” Jawab Erza enteng. Sesuai perkiraannya, Putra
melotot tajam.
“Silahkan bermimpi, sayang kalau begitu.”
“Dengan senang hati akan kulakukan, sayang. Tapi.. aku lebih
memilih dunia nyata dengan seseorang yang ku sayang daripada dengan dunia mimpi
yang sampai mati takkan termiliki.”
Putra tersenyum dan mengecup pipinya penuh sayang sekilas
ketika mereka berhenti di depan rumah Erza. “Senang mendengar jawabanmu,
sayang. Sampai ketemu di Bandara esok pagi.” Ucapnya sebelum dia turun. Dan
Erza tersenyum. “Yap. Sampai ketemu lagi.” Dia masuk dalam rumahnya dan
melambaikan tangan lalu menutup pintu mobil pelan.
Setelah yakin Erza masuk dengan selamat, Putra meninggalkan
rumahnya dengan senyum masih betah di wajahnya sampai dia pulang kerumah.
♥ ♥
“Aku bahagia.”
“Kathy?” Erza kaget melihat Kathy duduk di ruang tamunya dan
langsung memeluk kangen. Dia kangen dengan sepupu Putra yang satu ini.
“Hai kak.” Sapanya disela pelukan. “Calon kakak ipar.”
Lanjutnya membuat Erza melepas pelukan dengan wajah memerah malu.
Kathy tertawa mendengarnya. Dia sengaja ke rumah Erza untuk
melepas kangen. Setahun berlalu setelah mereka balikan kembali, hidupnya
seperti dilingkupi bunga – bunga disekitarnya. Dan dia menunjukkan dengan
tersenyum penuh sinis ke arah Selvi yang terlihat kalah di matanya setiap
mereka bertemu. Membuat Restu, tunangannya harus mengingatkan berkali – kali.
“Restu gimana kabarnya?” Tanyanya karna sahabatnya itu sekarang
menjalankan bisnis otomotif bersama temannya di sela kesibukannya sebagai
Mahasiswa Kedokteran yang super padat.
“Baik kok. Lo gimana kak kabarnya? Ati – ati ntar disana sama
kak Putra. Tuh cowok mesum ampun – ampunan kak!” Kathy mengelus cincin
pertunangannya sebulan yang lalu ketika teringat Restu dan memperingatkan Erza
tentang bahaya pesona sepupunya.
“Gue tau kok, Kath. Makanya ntuk jaga jarak, kami beda
apartemen.”
“Tapi bersebelahan kan?”
Erza menggeleng. “Tadinya... tapi gue ngotot gak mau dan dia
ngalah. Jadi gue di lantai atas, dia bawah. Hahahahaa...”
Kathy bisa membayangkan betapa kesalnya sepupunya itu. Namun
tak bisa melakukan apa – apa mengingat Erza lebih keras kepala 2 kali lipat
dibandingkan Putra kalau ingin sesuatu. Tanpa sadar dia tertawa kecil. “Gak
bisa gue bayangin kak.”
Erza tertawa mendengarnya dan teringat pertengkaran hebat
mereka hanya karna masalah lokasi apartemen. Dia hampir saja kalah total
melawan arogansi Putra kalau saja tak menggunakan senjata terakhir yang paling
ampuh. Merajuk. Membuat Putra bertekuk lutut menuruti keinginannya.
Kathy bisa melihat rona kebahagiaan di wajah Erza dan
tersenyum. Senang karna mereka bersatu.
♥ ♥
“Ciiieeee... yang besok pergi..” Goda Kathy yang baru datang
dari rumah Erza setelah mehabiskan waktu hanya untuk bergosip. Ketika masuk ke
rumah, dia melihat Putra berdiri di depan pintu taman sambil menghapal yang ada
di buku yang dipegangnya sekarang.
Putra menutup bukunya dan menatap Kathy. Lalu nyengir. “Kenapa?
Lo mau ikut?”
“Pengennya sih. Tapi... ntar aja deh. gak enak gangguin lo mau
mesraan sama kak Erza ntar.”
“Bagus deh kalo lo nyadar.” Ucapan Putra membuat Kathy manyun
karna dibilang pengganggu.
“Kak... lo ntar ajak Erza ke tempat nenek gak?”.
Putra terlihat menimbang – nimbang jawabannya sendiri.
“Pengennya sih. Tapi... lo tau kan tradisi keluarga kita anehnya kayak gimana
tiap salah satu dari kita bawa pasangan? Gue sih senang – senang aja
nurutinnya. Tapi, gue harus mikirin perasaan dia kan?” Kathy mencibir mendengar
jawabannya. Seorang Putra, mesum tingkat tinggi khawatir dengan Erza karna
tradisi keluarganya yang aneh? Sangat Bukan Putra.
Putra tertawa melihat ekspresi Kathy yang mirip Erza kalau dia
sedang narsis kumat. “Lo kalau manyun mulu, tuh bibir kayak Pinguin baru tau
rasa.”
Kathy memukul lengannya pelan, “Ntar yang anterin lo besok
siapa? Gak mungkin kan mobil lo titipin di bandara selama dua tahun?”
“Ada aja. Anak kecil kayak lo gaboleh tau rencana gue.” Ucap
Putra jahil sambil mencubit pelan lengan Kathy. “Pelit!” Balas Kathy sewot
karna dibilang anak kecil.
“Hahahaha... by the way, Kalau gue pergi, lo dirumah dengan siapa ntar?
Gak mungkin tinggal sendiri kan? Oh iya, bagaimana gue telpon Restu ntuk
temanin lo? lo kan udah tunangan juga sama dia. Jadi gak papa deh kalau
kejadian.” Usul Putra membuat Kathy membelalakkan matanya tak percaya. Shock
bahwa sepupunya lebih mesum dari diperkirakan. “semoga Erza selamat
sampai akhir dapat sepupu gue. Gak married by accident. Amien.” Harap Kathy
dalam hati.
Putra tertawa terbahak – bahak melihat Kathy memandangnya
seolah – olah dia baru saja mengaku gay, “Kenapa lo dek? Tenang sajaa... Restu gak bakalan apa – apain
lo kok. dia kan lurus jalan pikirnya. Kalaupun belok... yaaaa.. begitulah...”
Putra mengangkat bahu dan tersenyum miring disertai kedipan mata.
“kalaupun dia belok, itu karna otak lo yang pengaruhin kak!
Kasian gue sama Erza yang pacaran sama sepupu gue yang mesumnya ampun –
ampunan.”
Putra nyengir dibuatnya, “Gue biar mesum begini bisa jaga diri
tauk! Lagipula, gue akan membuat dia menjadi cewek yang paling beruntung karna
mau bersama gue. “ Dia tersenyum ketika mengucapkan itu. Pengakuan pacarnya
siang tadi tentang perasaannya sungguh membuat hatinya senang. “Udah ... untuk
merayakan kepergian gue, lo mau kemana? Kita berdua aja.”
“Erza lo tinggal kak? Tumben...”
“Dia pengen istirahat aja katanya. Masa gue paksa untuk ikut?
Lagipula gue gak mau lo galau melihat kemesraan kami sedangkan lo gak bisa
mesra – mesraan.” Dan kathy pun merengut dibuatnya dan membenarkannya.
“Yuk...” Dia mengulurkan tangannya dan Kathy, menyambut
ulurannya dan berjalan keluar rumah.
♥ ♥
Erza sibuk browsing untuk mencari tau apa saja mengenai
Belanda dan musim apa sekarang di negara Kincir Angin itu. Tadi pacarnya sempat
mengajak jalan untuk menghibur Kathy, namun ditolaknya karna dia sudah ketemu
dengan sepupu pacarnya itu yang mungkin akan menjadi iparnya. Membayangkan hal
itu, dia menggelengkan kepalanya kuat – kuat. “Masih terlalu muda untuk
mikirin hal segede itu.” Batinnya dalam hati.
“Musim dingin yah? Hmmm... untung gue udah beli semua pakaian khusus
musim dingin kemaren sama Putra.” Gumamnya penuh syukur dan menatap pigura
kecil di sampingnya yang berisi foto mereka saling tersenyum dengan latar
pantai. Sudah setahun mereka pacaran, dan entah kenapa dia merasa baru kemarin
kejadian dimana dia hampir saja pergi meninggalkan Putra karna Selvi mengaku
hamil. Seandainya saja pacarnya itu tak
menemukannya, mungkin sekarang dia sudah berada di Belanda sendiri dengan
membawa hatinya yang remuk redam.
Lamunan Erza buyar ketika ponselnya bergetar tanda ada sms. Dia
mengambilnya dan tersenyum.
By : Putra “Cowok mesum” ;*
“Udah tidur sayang? Kalau sudah, aku telat dong? yasudah, Have
a nice dream yah. wish you dreaming me. J”
sms pacarnya membuat Erza tersenyum dan membalasnya.
“Aku belum tidur kok. masih sibuk searching soal besok. Kan
aku gak tau apa – apa soal Belanda. Kalau ngandelin kamu doang, takutnya
dikerjain. Males deh... hahahaa.. Kathy gimana? Gak marah kamu smsan ama aku?
Takutnya ponsel kamu disita lagi ama tuh anak karna merasa terabaikan.” Erza tertawa membayangkan Kathy mengamuk dan
menyita ponsel pacarnya itu. Mengingat dia galau karna tunangannya sibuk dengan
bisnis barunya itu hingga sering bolak – balik Jakarta – Bali. Dan dia menekan
tombol “kirim”
“Cepat banget nih anak balasnya.” Gumamnya ketika
ponselnya bergetar lagi. Dia membukanya dan tersenyum membaca balasannya. “Ya
gak dong. ngapain aku usil sama pacar sendiri? Kalaupun usil, pasti bukan hal
itu ;p. Udah, kamu tidur saja sayang sekarang. Besok itu kita seharian di dalam
pesawat. Mulai dari Jakarta, terus berhenti di Malaysia dan menunggu selama 5
jam di bandara untuk transit ke Belanda yang memakan waktu 16 jam. Aku gak mau
kamu sakit saat sampai di Belanda ntar. Udah tau kan musim dingin disana
bagaimana? Aku sih gak papa, kamunya aja yang aku takutin kalau gak kuat terus sakit.”
“Perhatian banget deh,” Ucap Erza dengan
nada pelan ketika membaca sms pacarnya yang panjang lebar. Sebelum dia hendak
membalas, tau – tau Putra menelponnya, “Hai,” Sapanya riang.
Erza tersenyum dibuatnya. Baru beberapa jam mereka berpisah,
tau – tau perasaan kangen itu hadir lagi. “Hai juga..”
“Gak tidur? Ini udah jam 11 malam loh. Tidur gih. Jangan tidur
terlalu malam.” Putra mengingatkan kebiasaan buruk pacarnya itu. Bahkan dia
pernah iseng – iseng menelpon Erza jam 2 pagi karna tugas kuliah yang berjibun,
dia mengira ceweknya itu tidur, gak taunya telponnya direspon dengan suara
segar dan mengaku kalau dia minum kopi satu gelas besar agar matanya melek.
Membuat Putra tiap malam menelponnya untuk tidur.
“Aku gak mengantuk. Masih segar nih mataku.”
“Masa sih? Tapi... kalau aku tidur di sampingmu, dijamin mata
kamu lebih dari seger lagi, Za.” Godanya dan dia yakin wajah Erza sekarang
merona.
“Ngomong apaan sih?”
“Tuh kan... aku yakin wajah kamu merah banget sekarang. Udah
tidur sana.”
“Aku gak ngantuk, Putra...”
“Yakin gak ngantuk?”
“Iya...”
“Yasudah... kamu coba berdiri di dekat jendela deh. terus liat
ke bawah.” Perintah Putra membuat Erza bingung. Namun diturutinya.
“astaga!” Erza menyibakkan tirai jendela dan melongo total
ketika Putra melambaikan tangan di bawah dengan tangan kiri memegang ponsel.
“Sejak kapan kamu berdiri di depan rumahku?!”
“Sejak aku nelpon kamu. Bisa dibukain pintunya?” dan Erza
langsung mengangguk lalu memutuskan telponnya.
♥ ♥
“Aku gak nyangka kamu disini loh. Sumpah.”Bisik Erza dipelukan
Putra. Dia langsung memeluknya ketika pintu dibuka dan melihat pacarnya
tersenyum ke arahnya.
Putra tersenyum mendengarnya, “Senang?”
Erza mengangguk di pelukannya dan melepasnya, “Banget.”
“Mana Mpok Ijah?” Dia bingung kenapa pembantu kesukaannya itu
tak datang menyambutnya.
Erza nyengir dibuatnya. Kayaknya dia harus mengaku lagi, “Aku
sendirian disini. Mpok Ijah besok pagi jam 6 baru datang kesini. Kak Reno lagi
di Jakarta dan besok subuh baru pulang.”
“Kamu benar – benar sendiri disini? Kenapa gak cerita?” Putra
kaget dengan pengakuan pacarnya. Sendirian dirumah yang besar bukan sesuatu
yang dianggap enteng.
“Aku kan udah terbiasa sendiri disini. Jadi bagi aku merasa
biasa aja.”
“Bagi aku itu gak biasa sayang. Aku akan menginap disini.
Temanin kamu.” Putusnya membuat Erza menggeleng kuat – kuat.
“Gak... gak... aku gak mau. Kasian Kathy kalau kamu disini.”
“Dia tau kok aku disini dan bilang mungkin akan nginap dirumah
kamu. Kenapa, sayang?” Putra menutup pintu rumahnya dan berjalan mendekati Erza
yang perlahan berjalan mundur, “Kita kan pernah serumah sebelumnya sekitar 4
bulan, pernah tidur sekamar beberapa kali, masa kamu masih takut sih? Kan gak
terjadi apa – apa waktu itu.” Putra tersenyum menggoda dan membuat Erza semakin
mundur hingga dia terbentur tembok dan membuat Putra leluasa mengurung dengan
kedua tangannya di letakkan di sisi kiri – kanannya dan tatapan fokus ke Erza
yang mulai memucat, “Still you remembered this moment? Like a deja vu, isn’t
it?”
Erza mendadak sulit menelan ludah, “Tapi
waktu itu sikonnya beda!”
“Menurutku sama aja dan buktinya kamu gak papa kan? aku disini
hanya untuk menjagamu, Erza. Tapi kalau sampai kebablasan, tanpa kamu hamil
karna perbuatan kita pun, aku akan menikahimu Erza.”
Mendengar kata hamil dan menikah membuatnya semakin susah
menelan. Dia merasa terlalu muda, terlalu labil untuk berjalan ke tahap yang
besar itu. Apalagi mereka menikah bukan karna siap, tapi married by
accident. “Itu hanya akan terjadi dalam mimpimu, sayang.” Erza mendorong
Putra yang entah kenapa, memundurkan langkahnya. Dan tangannya sekarang
melingkar di pinggangnya. Menimbulkan rasa hangat.
“Aku anterin kamu tidur dan janji gak akan ngapa – ngapain,
oke?” Ucapnya ketika Erza menatapnya penuh curiga. “Janji?”
“Iya... palingan night kiss doang kok aku mau.” Jawabnya
dengan nada usil. Membuat Erza melotot dan bergegas lari ke kamarnya. Tanpa ragu
dia mengejarnya sebelum tak bisa masuk karna pintu dikunci.
♥ ♥
Putra memandang wajah Erza yang tertidur pulas di sampingnya
dengan senyum. Setelah sukses membujuk pacarnya untuk tidur dan sedikit ancaman
ala dirinya, akhirnya dia mau tidur dengan syarat dinyanyikan lagu selamat
tidur. Dan dirinya dengan senang hati menurutinya.
Kamar Erza banyak yang berubah, begitu pikirnya. Sewaktu dia
masih disini, kamarnya bewarna biru malam, dan sekarang berubah menjadi hijau
muda. Di sudut kamar, dia melihat 3 buah koper besar siap untuk dibawa besok.
Tak menyangka besok mereka berdua akan pergi, ke negara yang tak dikenal oleh gadis itu dan
dialah yang menjaganya. Semua keluarga besarnya sudah tau kedatangannya dan tak
sabar melihat Erza. Apalagi neneknya.
Bunyi bip tanda email masuk terdengar dari laptop Erza
membuyarkan lamunannya. Dia beringsut menjauh dan mencium keningnya lalu
berjalan mendekatinya. Awalnya dia bingung apakah boleh dia membuka email
pribadi pacar tanpa ijin dan menjauh. Namun dia penasaran, akhirnya dia duduk
dan terdiam.
Nanda mengirim pesan chat ke pacarnya. Perasaan cemburu
itu hadir seketika. Namun dia tau bahwa cowok itu sebelum menjadi mantan pacar
adalah sahabat Erza dan dia pun sudah bersumpah sampai kapanpun Nanda tetap
sahabatnya.
Nanda_Raveno : Hai Erza... long time no see you.
Nanda_Raveno : Udah tidur yah? gimana kabarmu?
Pesan kedua hadir lagi disaat Putra memutuskan untuk log out. Penasaran,
dia akhirnya membalas pesannya seolah – olah yang melakukan itu adalah pacarnya.
Erza_Assifa : Hai juga, Nand. Baik kok. kamu?
Tak membutuhkan waktu lama untuk seorang mantan pacar yang kayaknya mengharap Erza kembali ke pelukannya itu membalas chatnya. Karna cowok itu membalas pesannya lagi
Tak membutuhkan waktu lama untuk seorang mantan pacar yang kayaknya mengharap Erza kembali ke pelukannya itu membalas chatnya. Karna cowok itu membalas pesannya lagi
Nanda_Raveno : Masih seperti dulu.
“Seperti dulu gimana?” Batin Putra dalam hati. Mendadak hatinya was –
was.
Erza_Assifa : Seperti dulu? Maksudnya? Putra membalasnya
dengan dengusan tak sabar.
Sesaat tak ada balasan, disaat dia hendak menekan tombol status
menjadi invisible dan log out dari Yahoo Messenger, Nanda membalasnya
dan sepertinya mengabaikan jawabannya.
Nanda_Raveno : Bolehkah aku bertanya sesuatu?
Erza_Assifa : Mau bertanya apa?
Nanda_Raveno : seandainya, aku tak pindah sekolah dan tetap
bersamamu, akankah kau denganku? bukan dengan Putra dan pergi ke Belanda? Aku
tau dari Tasya kalau kamu mendapatkan beasiswa kuliah disana dengannya. Aku sadar tak seharusnya
mengatakan ini. Tapi, setahun kita bersama, bukan waktu yang singkat untuk
membuang semuanya. Aku mencintaimu sejak kita masih berseragam putih – biru,
Erza. Dan itu tak mudah untuk dilupakan seperti menghapus tulisan dengan
penghapus. Aku tau kamu bahagia dengannya, dialah yang membuatmu tersenyum,
tapi aku ingin kamu tau, aku mencintaimu hingga hari ini, detik ini, perasaan
itu hidup dan menggerogotiku. Kamu tak usah jawab sekarang, Erza karna aku tau
jawabannya. Nanti, ketika dia menyakitimu, kembalilah padaku karna aku tak
pernah membuatmu menangis, Erza. Aku setia disini untuk membuat hatimu perlahan
melupakannya dan kembali denganku.” Balasan chat Nanda
membuat Putra geram. Cowok itu masih mengharapkan perasaan Erza hingga saat
ini, itu tak bisa disalahkan karna dia pun pernah berada di posisinya. Tapi...
dia tak terima dengan ucapannya. Seolah ada pesan tersirat untuk menjauh sejauh
mungkin ketika dia menangis karnanya. Dia bersumpah dalam hati takkan membuat
Erza menangis lagi dan dengan mantap membalasnya.
Erza_Assifa : Aku gak tau harus balas apa, Nanda. Tapi
hatiku tetap menganggap bahwa kamu sahabatku. Kalaupun aku kembali padamu,
bukan karna aku melupakannya, tapi karna aku butuh sandaran seorang sahabat
untuk membuatku kuat. Dan aku takkan pernah meninggalkan Putra. Karna aku
mencintainya. Bahkan disaat dia membuatku menangis pun. Dia pernah berkata
padaku, setiap manusia yang meninggal akan bereinkarnasi lagi di kehidupan yang
akan datang dan kami akan bertemu lagi dengan tubuh yang berbeda, tapi hati
sudah saling bersatu. Dan aku percaya
dengan ucapannya bahwa di kehidupan kami yang akan datang pun, aku tercipta
untuknya, bersamanya dan kau tercipta untuk menjadi sahabatku yang terbaik. Aku
mohon kau menghargai keputusanku, Nanda.” Susah payah Putra menulisnya
dengan gaya bahasa Erza yang lembut dan berkali – kali menghapusnya ketika
terselip sumpah – serapah di chatnya karna tak ingin penyamarannya terbongkar.
Dia membaca sekali lagi dan mendengus, “seandainya aja dia kirim chat ke gue,
udah gue ajak ketemuan nih anak untuk satu lawan satu!” omelnya dan menekan
tombol kirim.
Nanda_Raveno : aku yakin di kehidupan yang akan datangnya
lagi, kau tercipta untukku.”
“Silahkan bermimpi kalau begitu.” Putra menjawabnya dengan
omelan dan memutuskan untuk log out sebelum dia panas dan ujung –
ujungnya mereka bertengkar.
Putra berdiri dan berjalan ke arah Erza yang masih tidur dengan
lelapnya. Dia duduk di sampingnya dan menundukkan badan lalu mengecup bibir gadis itu dengan lembut,
“Apapun yang terjadi, kalaupun nanti aku membuatmu menangis, berjanjilah untuk
tak pergi meninggalkanku. Karna kita tercipta untuk satu, untuk saat ini dan
kehidupan yang akan datang,” Bisik Putra dengan lembut dan mengecup pipinya.
Dia berdiri dari duduknya dan berjalan keluar kamar dan memutuskan tidur di
kamarnya yang dulu bersebelahan dengannya.
Ceritanya seru tapi kok sampai part 3 doang dan juga hubungan putra dengan jihan dan erza gimana lanjutannya
BalasHapus